SYDNEY, KOMPAS.com — Amerika Serikat berjuang keras untuk meyakinkan para mitra program Joint Strike Fighter bahwa produksi pesawat F-35 Lightning II tak akan ditunda-tunda lagi. Beberapa negara mitra JSF mulai meninjau kembali komitmen pemesanan pesawat generasi kelima tersebut setelah produksi selalu tertunda akibat masalah teknis dan pembengkakan biaya.
Kamis (15/3/2012), AS dan delapan negara mitra Joint Strike Fighter (JSF), yakni Inggris, Australia, Turki, Kanada, Denmark, Norwegia, Italia, dan Belanda menggelar pertemuan di Sydney, Australia. Ini adalah pertemuan kedua negara-negara mitra JSF dalam tempo dua pekan terakhir yang digelar untuk meyakinkan para mitra bahwa program pembuatan F-35 masih berjalan.
”Ada banyak pembicaraan tentang keterjangkauan harga dan produksi pesawat tersebut. Apa yang kami sepakati hari ini adalah menjaga jalur komunikasi tetap terbuka,” tutur Deputi Pejabat Pelaksana Program JSF Mayor Jenderal John F Thompson dari Angkatan Udara AS.
Dalam beberapa pekan terakhir, beberapa negara mulai menyatakan keraguan mereka terhadap masa depan program pesawat tempur berkemampuan stealth itu. Kanada, salah satu sekutu utama AS dan pendukung utama program JSF, Selasa lalu, menyatakan tak menutup kemungkinan akan mundur dari program itu.
Para mitra mulai meragukan kelanjutan program pesawat tempur tersebut setelah berbagai masalah teknis dan pembengkakan biaya produksi terus terjadi. Saat ini Departemen Pertahanan AS sedang merestrukturisasi program itu dengan pihak Lockheed Martin untuk ketiga kalinya guna memberi waktu lebih banyak bagi pengembangan dan pengujian pesawat.
Pekan lalu, penerbangan operasional perdana F-35 di Pangkalan Udara AU AS Eglin di Florida dipersingkat setelah ada dugaan kebocoran bahan bakar dan pilot menyatakan keadaan darurat.
Meski demikian, Thompson berusaha menenangkan para mitranya dengan menyatakan optimismenya bahwa program JSF akan tetap sukses. ”Saya benar-benar yakin bahwa kami akan mencapai tujuan. Namun, dari sudut pandang pengadaan pesawat, terserah kepada setiap mitra untuk memutuskan apa yang ingin mereka beli dan berapa jumlahnya untuk memenuhi kebutuhan masing-masing,” ujar dia.