INILAH.COM, Bandung - PT Dirgantara Indonesia (DI) membutuhkan modal kerja sekitar Rp600 miliar untuk membangun kembali perusahaan pembuat pesawat terbang satu-satunya di Indonesia tersebut.
Direktur Utama PT DI Budi Santoso mengatakan, dengan modal sebesar itu, PT DI bisa menjalankan roda perusahaan paling tidak selama satu tahun, dan menerima sejumlah order pembuatan pesawat
"Dengan modal segitu, muternya agak lama, bisa lebih dari 1 tahun. Kalau ada order, 1-2 tahun kemudian bisa jadi cash lagi. Jadi, modalnya memang agak besar," ujar Budi kepada wartawan di sela penyerahan pesawat CN235 kepada pemerintah Senegal di Hanggar Pesawat PT DI, Jalan Pajajaran Kota Bandung, Kamis (5/5/2011)
Budi mengatakan, sejauh ini mati surinya perusahaan karena tidak adanya modal kerja. Padahal, menurutnya, pemasaran produk pesawat PT DI relatif baik. Bahkan meski dalam kondisi perusahaan tidak mempunyai modal pun, PT DI masih dapat kepercayaan dari luar negeri. "Tapi kepercayaan ini juga harus di-maintance (pelihara)," tandas Budi.
Ia menambahkan, jika menganggap penting PT DI, maka pemerintah harus mengembangkan potensi pesawat terbang di Indonesia tersebut. Sehingga PT bisa mendapatkan order dari dalam negeri, tidak hanya mengandalkan pesanan dari negara lain. "Mau tidak mau Indonesia perlu pesawat terbang yang spesifik Indonesia," pungkasnya.[den]